Konsep Dasar

I.      Konsep Dasar
Konsep dasar pada umumnya merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan atau willayah diterapkannya pelaporan keuangan, yang secara implisit melekat pada tiap penalaran dalam merekayasa akuntansi. Konsep dasar bersifat asumsi yang validitasnya tidak selalu dapat diuji tetapi bermanfaat sebagai basis penalaran.

II.   Sumber Konsep Dasar
Berbagai sumber menyajikan daftar konsep dasar yang berbeda-beda karena perbedaan persepsi terhadap arti penting suatu konsep untuk disebut sebagai konsep dasar. Berikut contoh beberapa konsep dasar dari beberapa sumber.
            1.      Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
a.       Basis akrual
b.      Usaha berlanjut
            2.      Wolk, Tearney, dan Dodd
a.       Usaha berlanjut
b.      Perioda waktu
c.       Entitas akuntansi
d.      Unit moneter
           3.      Paton dan Littleton
a.       Entitas bisnis atau kesatuan usaha
b.      Kontinuitas kegiatan/usaha
c.       Penghargaan sepakatan
d.      Kos melekat
e.       Upaya dan capaian/hasil
f.       Bukti terverifikasi dan objektif
g.      Asumsi
Konsep dasar yang diuraikan Paton dan Littleton sebenarnya sudah cukup lengkao karena dapt menjelaskan tentang factor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan anatara konsep dasar yang satu dengan yang lain secara koheren. Oleh karena itu, konsep dasar P&L dijadikan bahan bahasan utama kemudian disusul pembahasan konsep dasar lain dengan menunjukkan hubungannya dengan konsep dasar P&L.

      A.    Kesatuan Usaha
Kesatuan usaha harus dianggap sebagai badan atau orang yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri serta terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi. Konsep ini mempersonifikasi badan usaha sehingga badan usaha dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomik atas nama badan tersebut dan bukan atas nama pemilik. Berikut beberapa implikasi dari konsep kesatuan usaha :
1.      Batas Kesatuan
2.      Ekuitas
3.      Pendapatan
4.      Biaya
5.      Persamaan Akuntansi.
6.      Artikulasi

      B.     Kontinuitas Usaha
Konsep kontinuitas usaha atau usaha berlanjut menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuiditas maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas. Konsep ini akan menjadi pertimbangan pada saat penyusunan statemen kuangan atau pada saat akuntansi menghadapi berbagai pilihan  dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar karena kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa datang tidak pasti. Konsep ini pada akhirnya mempunyai implikasi terhadap makna laporan periodik, fungsi statemen laba-rugi dalam menentukan daya melaba jangka panjang dan fungsi neraca dalam hubungannya dengan penilaian terhadap asset atau sumber ekonomik perusahaan.
1.      Laporan Periodik
2.      Kedudukan statemen laba-rugi
3.      Fungsi neraca dan penilaian elemennya

      C.     Penghargaan Sepakatan
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah  /agregat-harga atau penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran merupakan bahan olah dasar akuntansi yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar (biaya). Sebagai konsekuensi, elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut

Istilah yang tepat
            P&L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakatan karena cost terlanjur mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik. Istilah penghargaan sepakatab atau agregat-harga cukup memadai untuk mencakupi pandangan dari pihak penjual maupun pembeli.

      D.    Kos Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa kos melekat pada objek yang direpresentasi sehingga kos bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek yang dilekatinya. Dasar pikiran konsep ini adalah bahwa tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan kos adalah untuk mengikuti aliran upaya dalam menyediakan barang atau jasa.
Kos melekat dilandasi oleh konsep kos yang disebut kos terkandung, yaitu kos yang benar-benar terkandung dalam suatu objek atau produk sebagai pasangan kos penggantian, yaitu kos seandainya objek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan kos kesempatan.

Saat Pengakuan Nilai Tambah
Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat pengubahan tersebut dengan menggolongkan, memecahkan, dan mengikhtisarkan kos bahan baku, kos tenaga kerja, kos jasa mesin, dan kos factor produksi lainnya sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos produk. Jadi konsep dasar kos melekat diperlukan karena dalam mengikuti aliran fisis tersebut harus ada anggapan bahwa tiap kos mempunyai daya saling mengikat bila digabungkan dengan kos lain secara tepat.
Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan tambahan manfaat produk fisis yang dihasilkan. Kalau kos produk harus menunjukkan nilai, maka ke dalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat  proses produksi itu.

Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan kemudian digabungkan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan. Setelah produk diserahkan kepada pelangganan maka kos yang melekat pada unit produk yang telah diserahkan akan mengukur biaya dan secara logis dapat disebut dengan kos barang terjual.

E.      Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan. Dengan kata lain, tidak ada hasil tanpa upaya (biaya). Secara konseptual, pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Secara teknis, kesatuan usaha harus menghasilkan atau menyediakan barang atau jasa untuk menciptakan pendapatan dengan cara menyerahkan atau menukarkan barang/jasa tersebut. Konsep ini mempunyai beberapa implikasi, yaitu :
            1.      Perlunya Basis Asosiasi
            2.      Penakar Asosiasi Ideal dan Praktis
            3.      Laba Akuntansi versus Ekonomik
            4.      Kos Aktual
            5.      Asas Akrual atau Himpunan
            6.      Depresiasi
            7.      Kapasitas Menganggur
            8.      Pos-pos luar biasa

F.      Bukti Terverifikasi dan Objektif
Konsep ini menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya. Akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relative yaitu objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut. Beberapa hal menjadi implikasi konsep tersebut dalam:
            1.      Pengauditan
            2.      Objektivitas bukti
            3.      Objektivitas relative
            4.      Objektivitas dan Keterverifikasian Jangka Panjang

G.    Asumsi
Asumsi dalam daftar konsep dasar P&L sebenarnya bukan merupakan konsep dasar tetapi lebih merupakan penjelasan bahwa keenam konsep dasar sebelumnya merupkan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala keterbatasannya. Berikut beberapa contoh asumsi yang menjadi landasan penalaran dalam memilih konsep yang relevan :
            1.      Kontinuitas usaha
            2.      Perioda satu tahun
            3.      Kos sebagai bahan olah
            4.      Daya beli uang stabil
            5.      Tujuan mencari laba

H.    Pengakuan Hak Milik Pribadi
Konsep ini menyatakan bahwa pengakuan hak milik pribadi harus dilindungi atau diakui secara yuridis. Tanpa konsep ini, kesatuan usaha tidak dapat memiliki sumber ekonomik atau asset. Pemilikan merupakan salah satu cara untuk memperoleh keuntungan.

I.       Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Konsep ini menyatakan bahwa perbedaan perlakuan akuntansi antarkesatuan usaha merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari karena perbedaan kondisi yang melingkupi dan karakteristik kesatuan usaha individual. Keunikan kesatuan usaha justru menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda agar informasi keuangan lebih menggambarkan keadaan unit usaha yang sebenarnya.

J.       Konservatisme
Konservatisme adalah konsep dasar yang menjadi landasan penentuan perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara umum, akuntansi menghadapi pilihan untuk mengakui pendapatan atau rugi yang kepastiannya bergantung pada keadaan di masa datang. Karena menganut konservatisme, akuntansi pada umumnya segera mengakui rugi tetapi menunda pengakuan pendapatan.

K.    Pengendalian Internal menjamin Keterandalan Data
Pengendalian yang baik merupakan syarat tercapainya keterandalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai memungkinkan dicapai keterverifikasian dan keobjektifan bukti yang paling tinggi. Struktur pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor untuk dievakuasi untuk menentukan luasnya pengumpulan bukti audit.

0 comments:

Post a Comment